This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 05 April 2015

Part. 2 : THE SCHOOL AS A SOCIAL SYSTEM (SEKOLAH SEBAGAI SEBUAH SISTEM SOSIAL)

Summary dan Notes

ONEDUCATIONAL ADMINISTRATION (Theory, Research and Practice’s book)

Karya: Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (Singapore: Mc.Graw-Hill, 2008)

 

By. Muhammad Amar Khana, M.M.Pd.

Sistem-sistem sosial terdiri dari elemen-elemen yang saling berinteraksi, bergerak, dan bertujuan secara sengaja. Diatur oleh upan balik, seperti sistem-sistem yang secara terus-menerus berusaha membangun keseimbangan. Sebuah model sistem-sistem sosial  telah dikembangkan oleh Getzels dan Guba. Kami telah mengambarkan hasil kerja mereka sebagaimana kami menjelaskan hasil kerja para teoritisi lain tentang keorganisasian kontemporer. Penggambaran ini bermaksud untuk memperluas dan mempertajam formulasinya dan untuk mengaplikasikannya pada sekolah sebagai sebuah organisasi formal. Menurut model sistem-sistem sosial sekolah, perilaku keorganisasian ditentukan oleh sekurangnya-kurangnya tiga elemen kunci: harapan-harapan birokratis, norma-norma informal kebutuhan-kebutuhan dan motivasi-motivasi individual. Selanjutnya, seluruh elemen dan interaksi dalam sistem itu dipaksa oleh tuntutan-tuntutan penting dari lingkungannya seperti organisasi itu memecahkan problem-problem penting tentang penyesuaian, pencapaian tujuan, integrasi dan keadaan yang belum jelas. Sebagai tambahan, mekanisme umpan balik internal dan eksternal menguatkan perilaku keorganisasian yang cocok.
Sumber-sumber konseptual dan aplikasi model itu memberi ilustrasi kegunaan pandangan itu dalam penelitian dan praktek administrasi.  Misalnya, konsep-konsep keefektifan, efesiensi, kepuasan kerja dan moral berasal dari sumber-sumber itu. Sebagai tambahan, sumber-sumber utama konflik internal muncul dari model itu sebagaimana juga formulasi konseptual dari empat tipe kepemimpinan. Proses sosialisasi birokratis guru dan administrator menampilkan pengaruh struktur birokratis terhadap personalia, dan pengaruh itu signifikan. Akhirnya, kami memberi ilustrasi bagaimana model itu dikawinkan  dengan sebuah pembuatan keputusan yang rasional, bidang-bidang proses, sebuah satuan alat-alat praktek dan kekuasaan untuk menilai konflik dalam sistem itu, bagaimana membangun kesesama bangunan di antara elemen-elemen itu, dan bagaimana mengembangkan kinerja keorganisasian.
Model sistem-sistem sosial juga menyajikan bingkai kerja. Catatan bahwa model itu mensintesakan pandangan-pandangan dari sistem-sistem rasional, natural dan terbuka telah dibicarakan di sub bahasan pertama di atas (A). Sedangkan sub bahasan C hingga L mengembangkan secara sistematis elemen-lemen yang sesuai, teori, riset dan proses-proses dianjurkan oleh tinjauan yang luas ini. Sub bahasan M menyajikan sebuah tinjauan ulang, sintesis dan pembicaraan tentang dilema-dilema keorganisasian lanjutan.

Catatan :
1.      Model ini secara pokok adalah sebuah sintesis dari hasil kerja Abbott(1965), Getzels dan Guba (1957), Leavitt, Dill dan Eyring (1973), Lipham (1988), Scott (1981, 1987), Nadler dan Tushman (1983, 1989).
2.      Para sarjana telah mengajukan model-model yang lebih rumit dengan elemen-elemen tambahan. Misalnya, lihat Getzels, Lipham, dan Campbell (1968), Leavitt (1965), Nadler dan Tushman (1989). Kenyataannya, dalam hasil kerja kami yang baru-baru ini (Hoy dan Miskel, 1987), kami mengajukan sebuah model yang lebih menyeluruh di mana kami mengusulkan tujuan keorganisasian sebagai elemen internal lain dari teori-teori sistem-sistem sosial.
3.      Banyak formulasi teoritik telah mengusulkan sebuah asumsi serupa itu. Misalnya, lihat Etzioni (1961), Getzels dan Guba (1957), Nadler dan Tushman (1989).
4.      Isi bagian ini lebih banyak menggambarkan analisis keorganisasian dari Nadler dan Tushman (1983).



Part. 1 : HYSTORIS AND TEORITIC BASIC (DASAR TEORITIS DAN HISTORIS)

 Summary dan Notes

ON EDUCATIONAL ADMINISTRATION (Theory, Research and Practice’s book)

Karya: Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (Singapore: Mc.Graw-Hill, 2008)

 By. Muhammad Amar Khana, M.M.Pd.


Teori secara sederhana bukanlah spekulasi ideal, juga bukan pikiran umum kebanyakan orang (common sense). Karena fakta itu tidak berbicara sendiri tentang dirinya. Sebuah bingkai kerja (frame works) sangat diperlukan untuk memberikan makna fakta-fakta itu. Teori adalah sebuah satuan konsep, asumsi dan penyimpulan umum yang saling berhubungan dan yang secara sistematik menggambarkan dan menjelaskan perilaku. Teori menyajikan bingkai kerja itu. Fungsi-fungsi teori organisasi dalam teori berkerja sejalan menurut ilmu-ilmu Parraalam dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Ia menyajikan sebuah sistem penjelasan yang menghubungkan dengan informasi yang tak berhubungan dan bertolak belakang. Sebagai tambahan, teori menunjukkan pada riset empirik, membangun pengetahuan baru dan menyajikan sebuah petunjuk rasional untuk bertindak. Teori dipertajam lewat penelitian; dan bila teori berada dalam cahaya temuan-temuan riset, teori bisa dipraktekkan ke dalam aksi induvidual. Jelasnya teori ditransformasikan ke dalam praktek.
Karena itu maka kemudian ada sebuah simbiosis dari teori, riset dan praktek. Walaupun bidang kita baru, penuh dengan bias-bias pribadi dan penuh dengan kompleksitas yang terjal dalam kehidupan organisasi, semua praktek harus didasarkan pada beberapa teori. Jika teori didasarkan pada sistem-sistem yang logis, rasional, eksplisit dan kuantitatif, maka praktek akan juga disebut rasional. Jika teori tak didasarkan pada informasi, bersifat subjektif atau antirasional, maka praktek akan menampilkan sifat-sifat seperti itu pula.
Organisasi-organisasi yang kompleks di abad ke-20 memerlukan sekali studi administrasi dan pengembangan teori. Kita dapat membicarakan tiga periode perkembangan ilmu pengetahuan administrasi. Pertamapemikiran organisasi klasik, dimulai dengan adanya analisis ilmiyah Taylor tentang kerja. Analisis ini difokuskan pada struktur organisasi formal.  Studi-studi manajemen ilmiyah dikonsentrasikan pada pekerjaan melahirkan efisiensi, khususnya variabel-variabel psikologis, dan berikutnya dihubungan dengan komponen-komponen manajemen itu sendiri. Fayol membuat daftar komponen-komponen itu: merencanakan, mengorganisir, memerintah, mengkoordinasi dan mengawasi. Gulick memperkuat komponen-komponen itu dalam akronimnya POSDCoRB.
Studi-studi The Hawthome menempatkan organisasi informal di tengah-tengah sebuah filsafat baru tentang manajemen, yaitu pendekatan hubungan kemanusiaan (human realations approach). Ketika manajemen ilmiyah telah dikritik karena memperlakukan pekerja secara mekanik, hubungan kemanusiaan (human relation) selalu mengemukakan pemecahan masalah yang tak sederhana.
Ketiga dan termasuk fase kontemporer, pendekatan Pendekatan ilmu perilaku (the behavioral science approach). Pendekatan ini menyeimbangkan pengakuan terhadap dua jenis organisasi formal dan informal. Perspektif ketiga ini, dalam sebuah usaha menggabungkan pendekatan terdahulu, menggunakan metode ilmu sosial dan perilaku modern (modern behavioral and social science methods) dalam menganalisisnya.
Pendekatan ilmu perilaku dalam analisis keorganisasian mengutamakan sebuah pendekatan teoritis dengan tiga perspektif sistem kompetensi: sistem rasional, sistem natural dan sistem terbuka. Pada awal pemikiran ini dicetuskan, Masing-masing memiliki pendukung dan masing-masing memiliki penolaknya.  Pendukung perspektif sistem rasional memfokuskan perhatian pada pentingnya tujuan dan struktur formal dalam menentukan perilaku keorganisasian, sementara itu analisis sistem natural mengajukan argumentasi, bahwa organisasi-organisasi itu seperti layaknya kelompok-kelompok sosial, semuanya secara pokok ditentukan oleh tujuan dasar kelangsungan hidup (basic goal of survival). Dengan kata lain, pandangan sistem rasional menekankan pada pentingnyastruktur pada individu, sementara pandangan sistem-sistem natural menekankan pada pentingnya individu pada strukturPandangan sistem-sistem terbuka menegaskan bahwa organisasi-organisasi itu tidak hanya dipengaruhi tetapi juga tergantung pada lingkungannya. Lagi pula, organisasi itu dihadapkan oleh desakan-desakan natural dan rasional yang menganggap perubahan sebagai perubahan-perubahan lingkungan; karena itu maka bentuk organisasi itu adalah sebuah fungsi kondisi-kondisi lingkungan.
Pendekatan ilmu perilaku pada tahun 1950 dan 1960-an telah mengantarkan sebuah gerakan menuju lahirnya teori dan riset bidang administrasi pendidikan. Tetapi kerusuhan politik dan sosial tahun 1990-an mengilhami penekanan pembaharuan kembali untuk lahirnya aksi dan hasil-haasil yang cepat. Tangtangan tahun 1990-an menjadi jelas.  Teori ilmu perilaku harus lebih tajam, lebih berdaya guna dan lebih berorientasi pada siatuasi. Teori keorganisasian harus menjelaskan elemen-elemen rasional dan natural dari perilaku sebagaimana desakan-desakan lingkungan menjelaskan keduanya dalam keterkaitannya dengan kehidupan keorganisasian. Jadi, teori sistem-sistem terbuka adalah bingkai kerja teoritis yang umum dari naskah ini. Perspektif kita tidak hanya terbuka tetapi juga pragmatis. Kami telah berasumsi bahwa peran riset dan teori keorganisasian adalah membantu kita memahami dan menjelaskan aturan dan tata tertib bidang perilaku keorganisasian. Bingkai kerja dan teori dibicarakan dalam seluruh sisa-sisa naskah ini, untuk menawari para administrator sebuah satuan kegunaan garis-garis petunjuk konseptual untuk membantu mereka dalam usaha mereka memahami dan berhubungan dengan kerumitan kehidupan keorganisasian.

Catatan :
1.    Pembicaraan baru dan penuh pendapat mengenai kegunaan teori keorganisasian  bagi riset dan praktek, lihat Bacharach (1989), Van de Ven (1989), Weick (1989), dan Whetten (1989)
2.    Perkembangan pemikiran keorganisasian telah dibicarakan oleh sejumlah sarjana. Pandangan-pandangan yang komprehensif dan sangat baik tentang hal tersebut dikemukakan antara lain: Burrell dan Morgan (1980), Hage (1980), Pfefer (1982), Gross dan Etzioni (1985) dan Morgan (1986)

3.    Gareth Morgan (1986) menyajikan sebuah alternatif dan cara baru memandang organisasi. Dia menggunakan metafor-metafor untuk mengembangkan image tentang organisasi yang berbeda dari perspektif sistem-sistem sosial yang digunakan dalam bab ini. Morgan menggambarkan organisasi seperti mesin, organisme, otak, budaya, sistem-sistem politik, penjara fisik, dan instrumen pengusaan. Masing-masing metafor atau image menyajikan kebenaran menarik dan penting mengenai organisasi-organisasi.